Pendakian Gunung Raung Banyuwangi via Kalibaru
Saturday, 18 June 2016
Edit
Hari ini, tepatnya hari sabtu dimana banyak kaula muda sedang asik merencanakan perjalanannya untuk menghabiskan malam bersama kekasihnya, saya malah sibuk menghabiskan waktu untuk ikut andil mencoret-coret blognya petani, sepenggal kisah perjalanan pendakian saya waktu itu menuju puncak sejati gunung raung, perjalanan yang tak pernah diduga bahkan direncanakan, bagaimana tidak direncanakan semua begitu singkat untuk perjalanan saya kali ini.
Camp II
Keesokan hariya kami mulai melanjtukan perjalanan kami, kaki yang awalnya kokoh kini mulai berbenturan dengan kaki yang satunya,,, dia mulai lelah,,,hahahaha
Setelah berkemas dan mengisi amunisi dalam lambung, kami mulai berjalan dan hingga akhirnya beberapa jam kemudian sampailah kami di shelter terakhir gunung raung, kami dengan cepat dan sigap membuka tenda dan membenahi barang yang sudah tersusun rapih, dan bertumpuk dengan indahnya seperti jajaran Candi Borobudur didalam tas carrier kami dan yang pasti sudah sangat sedap sekali aromanya...hahaha.
Tiba akhirnya saya beserta team melanjutkan perjalanan menuju puncak sejati, bertambah rombongan kami hari ini dengan om Bonsai, Fuji dan mbah Gondrong, kami cepat bergegas berjalan menuju puncak karna jika hari ini gagal kembali kami akan disebut pendaki yang hilang dan otomatis akan membuat team sar cepat tanggap langsung mencari kami ke atas.
Kami cepat berjalan, dan kami berhasil berdiri dipuncak 17 dan lagi-lagi hal bodoh serupa seperti kemarin kami lakukan, menuruni puncak 17 tanpa alat safety yang melekat ditubuh kami, sisi kiri langsung kawah dan sisi kanan jurang tak terbayang jelas jika saya jatuh diantara satu sisi itu, darah seakan terhenti, jantung terasa berhenti berdetak, akhirnya dengan penuh kesabaran dan kehati-hatian kami sampai dibawah.
Lanjut melewati jembatan sirotul mustakim, sebutan para pendaki untuk jalur yang satu ini, menuruni track yang agak sedikit terjal kami mulai menggunakan alat kembali, setelah berhasil menuruni medan, langsung kami berlari menuju puncak tusuk gigi, dari puncak tusuk gigi semakin dekat kami dengan puncak sejati hingga beberapa saat tibalah kami dipuncak sejati. puncak yang slalu menjadi kebanggan setiap pendaki jika sudah berhasil menapakkan kakinya disini
Kami sukses, kami berhasil, menaklukan diri kami dari rasa lelah, dari rasa jenuh, dari rasa lapar, dari rasa mengantuk dan dari perjalanan ini khususnya saya banyak belajar dari hari-harinya, karena hidup yang tak diperjuangkan adalah hidup yang tak dapat dimenangkan.
Ferdi otak dibalik semua perjalanan ini, hanya 150 ribu uang yang saya bawa kala itu. terlihat nekad saya waktu itu bahkan terbilang extrem,, wow banget iya kan,,,semua terlihat gila bahkan diluar nalar jam 3 kami mulai bergegas menuju stasiun peti kemas kampung bandan, kami tiga personil dari Tangerang. Ferdi selaku dalang dibalik semua perjalanan ini, saya Kemal sebagai korban Ferdi dan Ical sebagai korban saya yang saya seret dalam trip perjalanan saya kali ini hahahahaah...
Jam 4 sore ketika senja mulai menampakkan kemegahannya disisi utara Jakarta, kereta yang kami tumpangi mulai menyuarakan sirine tanda kereta sebentar lagi akan segera lepas landas meninggalkan Jakarta, perasaan was-was mulai menghantui, rasa lapar mulai menggrogoti, ah bajingan lagi-lagi saya meninggalkan ibuku yang slalu cemas ketika saya mulai berkemas dan menginjakkan kaki didalam keheningan yaitu gunung, maafkan aku ibu :)
Yesssssss......Akhirya jam 9:00 pagi kaki saya menapakkan kaki saya untuk pertama kali ditanah Surabaya lebih tepatnya distasiun gubeng, akhirya setelah perjalanan panjang dan membonsankan berhasil saya lewati dengan penuh rasa sabar dan penuh ketawakalan, tanpa menoleh lagi ke peti kemas itu kami mulai berjalan meninggalkan statiun.
Singkat cerita ,,, saya bersama ketiga pasukan lagsung menuju ke arah staiun kalibaru Banyuwangi dimana Ferdi slaku dalang tlah menentukan titik pertemuan bersama rekannya yang berasal dari Surabaya, ternyata tak mudah juga untuk menempuh perjalanan ke stasiun kalibaru masih membutuhkan perjalanan yang sangat amat begitu panjang,,, melelahkan ... fiuhhhhhhh
kami ke Kediri terlebih dahulu lalu transit lagi hingga akhirnya tiba di stasin kalibaru ... alhamdulillah sampaii yessssss....
Kami betambah pasukan menjadi 9 personil yang siap bertempur diganasnya jalur gunung raung, dua diantaranya dua personil yang berasal dari Surabaya berjenis kelamin wanita, luar biasa entah itu wanita atau pria yang jelas emezing lah,,,
setiba di basecamp pak Suto kami rehat sejenak untuk mengisi sebagian lambung kami yang kosong dan perih akibat perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan, sementara yang lain asik sibuk mengechek ulang perlengkapan yang akan kami bawa untuk memulai pendakian.
Melangkah Menuju Pos I
Saatnya memulai pendakian bismillah,,,kami berkumpul bersama dan berdo'a beserta semua pasukan demi meminta kelancaran dan keselamatan ketika kami semua melakukan pendakian menuju puncak sejati, puncak yang tak di idam-idamkan dan dicita-citakan tapi saya kini akan memulai pendakian untuk berdiri tegak dipuncak sejati gunug raung.
Kami berjalan hingga beberapa jam dengan langkah yang sedikit goyah dan dengan mata yang seringkali terpejam untuk beberapa saat, dari basecamp pak Suto hingga pos satu kami menghabiskan waktu kurang lebih hingga 3 jam.
Kami bermalam disini sejenak melepas lelah dan memanjakan mata yang dari kemarin bekerja lebih keras dari biasanya. :P
Camp II
Keesokan harinya kami mulai bergegas kembali melanjutkan perjalanan, tak ada target dimana kami harus bermalam selanjutnya, kami hanya mengikuti langkah kaki berjalan dan mengikuti langkah kaki kami terhenti, jalur mulai terasa terjal ditambah guyuran rintihan hujan yang jatuh dari langit dan tak kunjung reda, menambah beban perjalanan pendakian kami hari ini. Senja mulai meraba kami, angin yang perlahan berhembus mulai terasa lebih dingin dari biasanya, ternyata mentari mulai meneduhkan keberadaannya waktu itu.
dengan terpaksa kami bemalam ditengah-tengah jalur pendakian yang sedikit curam.
Disini kami menghabiskan malam dengan sedikit pakaian yang agak basah, alhasil semalam penuh menahan dingin dan dengan penuh rasa ikhlas mata ini pun mulai terpejam dengan sendirinya.
Keesokan hariya kami mulai melanjtukan perjalanan kami, kaki yang awalnya kokoh kini mulai berbenturan dengan kaki yang satunya,,, dia mulai lelah,,,hahahaha
track pendakian mulai lebih terjal dan ketinggian pun mulai mengantarkan kami lebih dekat lagi dengan puncak sejati, lagi-lagi tak ada patokan kami harus bermalam dimana, kami hanya mengikuti langkah kaki yang akan terus berjalan dan yang akan terhenti dengan sendirinya.
Camp III
Camp III
Tak terasa hari sudah menjelang sore dan kami mulai mencari lahan yang agak luas, untuk kami mendirikan camp, beristirahat dan bermalam.
Akhirnya setelah lama mencari, kami menemukan lahan yang agak sedikit luas entah camp berapa saat itu karna waktu sudah lumayan malam dan hujan pun trus mengguyur kami hingga pagi menjelang.
Ternyata setelah mentari menampakkan rupanya kami bermalam disisi jurang alhamdulillah kami tidak terperosok kedalamnya...hhehehhe.
Camp IV
Setelah berkemas dan mengisi amunisi dalam lambung, kami mulai berjalan dan hingga akhirnya beberapa jam kemudian sampailah kami di shelter terakhir gunung raung, kami dengan cepat dan sigap membuka tenda dan membenahi barang yang sudah tersusun rapih, dan bertumpuk dengan indahnya seperti jajaran Candi Borobudur didalam tas carrier kami dan yang pasti sudah sangat sedap sekali aromanya...hahaha.
Disni kami terlelap menyiapkan fisik untuk esok menuju puncak sejati..
Pagi menjelang, gemuruh kawah puncak gunung raung mulai terdengar, memacu hasrat kami untuk segera bergegas menuju puncak sejati, kami berjalan tiba dipuncak bendera kami memakai alat keselamatan, (webing) mulai membelit ditengah-tengah paha kami alat yang slalu setia untuk mejaga keselamatan kami, kami berdo'a dan menatap sejenak keangkuhan puncak gunung raung, dan lagi-lagi tidak mudah untuk kita menjejakan kaki disana.
Baca Juga : Pendakian Gunung Ciremai via PalutunganKami berjalan hingga tiba dibawah kaki puncak 17, kami melipir puncak 17 hari pertama tanpa safety hal bodoh yang kami lakukan saat itu jantung yang berpacu lebih cepat dan hanya kematian yang terasa dekat dengan saya waktu itu dan lagi-lagi cuaca tak bersahabat badai dan kabut hitam perlahan mulai menutupi puncak gunung raung dan akhirnya keputusan team kami kembali ke camp dan sepakat melanjutkan pendakian esok hari, dengan penuh harap cuaca esok akan bersahabat dengan kami.
Menuju Puncak Sejati Gunung Raung
Tiba akhirnya saya beserta team melanjutkan perjalanan menuju puncak sejati, bertambah rombongan kami hari ini dengan om Bonsai, Fuji dan mbah Gondrong, kami cepat bergegas berjalan menuju puncak karna jika hari ini gagal kembali kami akan disebut pendaki yang hilang dan otomatis akan membuat team sar cepat tanggap langsung mencari kami ke atas.
Kami cepat berjalan, dan kami berhasil berdiri dipuncak 17 dan lagi-lagi hal bodoh serupa seperti kemarin kami lakukan, menuruni puncak 17 tanpa alat safety yang melekat ditubuh kami, sisi kiri langsung kawah dan sisi kanan jurang tak terbayang jelas jika saya jatuh diantara satu sisi itu, darah seakan terhenti, jantung terasa berhenti berdetak, akhirnya dengan penuh kesabaran dan kehati-hatian kami sampai dibawah.
Lanjut melewati jembatan sirotul mustakim, sebutan para pendaki untuk jalur yang satu ini, menuruni track yang agak sedikit terjal kami mulai menggunakan alat kembali, setelah berhasil menuruni medan, langsung kami berlari menuju puncak tusuk gigi, dari puncak tusuk gigi semakin dekat kami dengan puncak sejati hingga beberapa saat tibalah kami dipuncak sejati. puncak yang slalu menjadi kebanggan setiap pendaki jika sudah berhasil menapakkan kakinya disini
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ucapan terima kasih yang tak henti-hentinya kepada teman seperjalanan dari team POCONG ADVENTURE, MALAPATI dan PORPALA, karena kami semua sudah berhasil menapakkan kaki kami dipuncak sejati gunung raung dengan selamat.
Kami sukses, kami berhasil, menaklukan diri kami dari rasa lelah, dari rasa jenuh, dari rasa lapar, dari rasa mengantuk dan dari perjalanan ini khususnya saya banyak belajar dari hari-harinya, karena hidup yang tak diperjuangkan adalah hidup yang tak dapat dimenangkan.
Slalu optimis dalam menjalani hidup, slalu menunduk ketika kita sudah berada dititik paling teratas, pahit tersenyum dan bahagia bersama, karena padi tumbuh tak berisik.
Salam hijau alamku, slalu lestari hutanku, jangan pernah berhenti berjalan selagi masih sanggup berjalan, jangan pernah berhenti berjuang sebelum kita berperang, salam semangat untuk para pejuang jalan.
#PenaMas
#PenaMas